Selasa, 04 Juni 2013

RATIONAL EMOTIF




Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitukeyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
C. Tujuan Konseling Rasional Emotif (RET)
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional tjd peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.
D. Deskripsi Proses Konseling Rasional Emotif (RET)
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
Tugas konselor menunjukkan bahwa
  • masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional
  • usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; (d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
  1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
  2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
  3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
  4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

E. Teknik Konseling Rasional Emotif (RET)
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

3. Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
Top of Form
Bottom of Form

ANALISIS TRANSAKSIONAL

BY JASNI BK


ANALISIS TRANSAKSIONAL

1
LATAR BELAKANG

Eric Berne melamar menjadi anggota di Institut Psikoanalitik terapi ditolak, dan penolakan ini berakbiat berne berpaling dari aliran psikoanalitik dan mulai mengembangkan ide – idenya mengenai kemanusiaan, interaksi sosial dan psikoterapi. Pendekatan ini banyak dipengaruh oleh teori Freud, Alfred Adler, Harry Starck Sulliyan. Dan pada saat mengembangkan gagasan – gagasannya melalui pertemuan mingguan kolega – koleganya mulai tertarik dengan gagasan – gagasannya.
2
PENDIRI DAN PENGEMBANG
Eric Berne tahun 1950 an
3
ORIENTASI PENDEKATAN
Ditekan pada tujuan insight dengan prosesnya kognitif
4
HAKEKAT MANUSIA KEPRIBADIAN DAN PERKEMBANGAN
HAKEKAT MANUSIA :
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup
Manusia adalah makhluk yang mempunya potensi untuk membuat keputusan
Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab
Manusia adalah makhluk sosial
Manusia memenuhi dua kebutuan dasar (fisik dan psikologis)
HAKEKAT KEPRIBADIAN :
Kepribadian seseorang itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
Status oge anak (SEA)
Status ego dewasa (SED)
Status ego orang tua (SEO)
HAKEKAT PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Perkembangan kepribadian anak dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor prakelahiran dan factor pasca kelahiran
Perkembangan kepribadian dimulai sejak sebelum kelahiran
5
PRIBADI SEHAT DAN MALASUAI
PRIBADI SEHAT :
Memilih posisi kehidupan I’M ok – You ‘re OK
Status ego berfungsi secara tepat
PRIBADI MALASUAI
Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK
Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK
Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not OK
Kontaminasi (merupakan pengacauan dari satu status ego terhadap status ego yang lain)
Eksklusi (batas status ego yang kaku)
6
HAKEKAT TUJUAN KONSELING
HAKEKAT KONSELING :
Redecision yaitu perancangan status ego klien (seased seo) dalam bertransaksi sehingga kien mampu mempromosikan ditanya dengan tepat.
TUJUAN KONSELING :
Membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan
Membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan status ego yang cocok
Membantu klien di dalam mengembangkan status ego dewasanya
Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru.
Membantu individu mencapai otonomi, kesadaran, spontanitas keakraban
7
KARAKTERISTIK KONSELOR DAN KLIEN
KARAKTERISTIK KONSELOR :
Terbuka tanggung jawab
Hangat perhatian
Tulus
KARAKTERISTIK KLIEN :
Klien mampu dan bersedia memahami dan menerima kontrak konseling
Klien harus aktif dalam proses konseling
8
HUBUNGAN KONSELOR DAN KLIEN
Hubungan konselor klien sederajat / sejajar
Teknik AT, analisis rencana kehidpan dan analisis permainan
Membantu klien menemukan kondisi masa llau yang tidak menguntungkan
Pelatih / membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat
Nara sumber / membantu klien menemukan apa yang diperlukan
Membantu klien mendapat kesadaran yang realistis dan menemukan alternatif hidup yang otonomi
Bertanggung jawab masing – masing dalam upaya mencapai kesejahteraan klien sebagaimana tertera dalam kontrak
9
PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
PERAN KONSELOR :
Sebagai guru (memperjelas teknik analisis transaksional, rencana kehidupan dan analisis rencana kehidupan, rencana analisis permainan
Sebagai pelatih (membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat)
Sebagai nara sumber (membantu klien menemukan apa yang diperlukan)
Sebagai fasilitator
Sebagai Advisor
Sebagai rescuer / pengamat
FUNGSI KONSELOR :
Fasilitator mengerjakan buat rencana
Membantu klien menemukan kemampuan dan untuk berubah dengan membuat keputusan sekarang.
Membantu klien mendapat alat yang diperlukan untuk mencapai perubahan
Mendorong atau mengajarkan klien mendasarkan diri pada SED nya sendiri dan konselor
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat membuat keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana kehidupan yang menghambat perkembangan
10
TAHAP – TAHAP KONSELING
Tahap analisis structural (merupakan tahap pertama dari proses konseling konselor membantu klien meneliti struktur status egonya agar dapat menetapkan keunggulan status ego yang teruji dalam kenyataan yang bebas dari kontaminasi oleh hal dari masa lalu)
Tahap analisis transaksional (tahap kedua dimana konselor membantu klien untuk transaksi dengan lingkungannya)
Tahap analisis permainan (konselor dituntut untuk memiliki kemampuan menentukan hasil yang diterima klien dari permainan)
Tahap analisis rencana (pemahaman lengkap tentang hasil akhir dan gaya hidup klien akan melibatkan analisis rencana)
11
TEKNIK KONSELING
Permission (pemberian kesempatan) agar klien menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual dan pengunduran diri
Protektion (perlindungan klien merasa takut terhadap kesempatan karena itu perlindungan perlu bagi klien)
Potensy (konselor harus merupakan orang tahu apa yang dilakukan dan kapan melakukan)
Teknik khusus
Interogasi ilustrasi
Spesifikasi Konfirmasi
Konfrontasi Interpretasi
Eksplanasi Kristalisasi
12
KELEMAHAN KELEBIHAN
AT Mengharapkan dan mendorong klien untuk hubungan diluar ruangan konseling untuk mengubah prilaku yang salah.
Prilaku klien disini dan sekarang merupakan cara untuk membawa perbaikan kilen
Penekanan pada pengalaman kini dan lingkungan sosial
Metode kontak dalam AT membuat klien untuk memiliki tanggung jawab pribadi yang besar atas dari pengalaman konseling)
Mengajari klien untuk menyadari susunan permainan
Klien merupakan peluang untuk mencari cara membebaskan diri dan tingkah laku yang memanipulatif kepada tingkah laku yang efektif.