MENYUSUN STRUKTUR
ARGUMEN
Argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya mau bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penulis/pembicara.
BY JASNI
Dasar: berpikir logis
& kritisà berdasar fakta &
bukti yang meyakinkan.
Penalaran: bagaimana
merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berpikir untuk
merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal
sehat.
Proposisi: Pernyataan
yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang
terkandung di dalamnya.
Contoh:
· Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
·
Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang
berlimpah-limpah.
·
Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua
karena bom atom.
·
Semua gajah telah punah tahun 1980.
Proposisi selalu
berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi, hanya kalimat
deklaratif saja.
Argumen dapat
disampaikan dalam beberapa kalimat, alinea atau sebuah buku.
Cara membedah struktur
argumen:
1.
Logika formal
Argumen
merupakan sejumlah pernyataan yang berhubungan, paling sedikit 3 pernyataan.
Unsur logika formal
|
Contoh
|
Premis mayor:
Pernyataan umum
tentang hubungan antara dua hal, A dan B
|
Semua manusia (A) akan
mati(B)
|
Premis
minor:
Pernyataan yang lebih
spesifik tentang sebuah hal baru (C ), yang dihubungkan pada hal A
|
Sokrates C) adalah
manusia (A)
|
Kesimpulan: pernyataan
yang mengkaitkan B & C
|
Sokrates (C ) akan mati (B)
|
SILOGISME
Suatu
bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan)
yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan
proposisi ketiga.
Entimem:
silogisme yang hanya
muncul dengan dua proposisi salah satunya dihilangkan (premis mayor dari
silogismenya hanya tersirat).
Contoh: (dari silogisme
di atas) Sokrates akan mati karena dia manusia.
Keterbatasan
logika formal: bahwa struktur argumennya bisa jadi benar, tetapi tidak
pada isi atau
kebenaran pernyataan-pernyataannya.
Contoh:
Premis mayor :
|
Semua orang Betawi (A)
beragama Islam (B)
|
Premis minor :
|
Keluarga MZ (C )
adalah orang Betawi (A)
|
Konklusi :
|
Keluarga MZ (C )
beragama Islam (B)
|
2.
Struktur argumen dari Stephen Toulmin
Struktur
|
Contoh
|
Keterangan
|
1. Claim
Kesimpulan atau
pernyataan yang ingin kita ajukan.
Stated reason |
Banyak
individu mengalami frustasi pada masa Orde Baru
|
|
Banyak individu dilarang berekspresi politik pada
masa Orde Baru
|
||
2.Grounds
Segala data atau
informasi yang kita miliki yang dapat dijadikan dasar untuk membuat sebuah
pernyataan
|
Data
penelitian atau kasus-kasus pembreidelan, pembubaran aksi unjuk rasa, dll
|
Ini
adalah data milik penulis yang diperoleh melalui penelitiannya. Penulis bisa
membayangkan pembaca yang bertanya apa yang ia maksud dengan larangan
bereskpresi
|
3.Warrant
Pernyataan
yang menghubungkan claim dengan grounds yang ada
|
Individu
yang dilarang berekspresi akan memperlihatkan gejala frustasi
|
Warrant berfungsi menghubungkan ground dengan claim
yang diajukan penulis. Ini adalah sebuah pernyataan umum
|
4.Backing
Bukti-bukti yang
mendukung warrant
|
Hasil-hasil
penelitian tentang hubungan antara ekspresi dan kondisi individu
|
Penulis
membayangkan pembaca yang mempertanyakan warrant-nya. Penulis bisa
mendukung warrant dari hasil penelitian sendiri maupun dari referensi
lain
|
5.Qualifier
Pernyataan
yang menunjukkan besarnya kemungkinan claim kita
|
|
Qualifier
di sini sudah ada dengan menggunakan kata “banyak”. Artinya penulis ingin
membuat pernyataan tentang semua individu
|
6.Condition for
Rebuttal
(kondisi penyangkalan):
Pernyataan
tentang pengecualian-pengecualian terhadap clalim
|
Kecuali
bagi individu yang mempunyai sarana dan kemampuan untuk mengalihkan ekspresi
politik mereka ke dalam bentuk ekpresi
lain
|
Penulis
membayangkan pembaca yang bertanya:”Apakah tidak mungkin ada pengecualian? Bila
ada, apa dasar pengecualian itu?”
|
3.
Segitiga retorika
LOGOS
(Pesan/Argumen)
ETHOS
(Penulis)
|
PATHOS
(Pembaca)
|
A. Logos, menyangkut masalah konsistensi internal dari
argumen atau pesan yang ingin disampaikan penulis.
Macamnya:
1.
Argumen definisi: argumen untuk menunjukkan
bahwa X adalah (atau bukan) Y. Dalam argumen ini, penulis menetapkan dulu
kriteria atau batasan untuk Y, kemudian memperlihatkan bahwa X memenuhi
kriteria tadi
2.
Argumen kausalitas, yaitu argumen yang
memperlihatkan bahwa X mengakibatkan (tidak mengakibatkan) Y
3.
Argumen evaluasi, yaitu argumen untuk
memperlihatkan bahwa X adalah (bukan) perwujudan yang baik dari Y. Bentuk
argumen ini sama dengan bentuk argumen definisi (Penulis menetapkan kriteria Y
terlebih dahulu), tetapi X di sini sudah dapat dipastikan memenuhi batasan Y,
hanya saja masih dipertanyakan apakah X merupakan Y yang baik
4.
Argumen Proposal: argumen untuk meyakinkan
pembaca bahwa X harus dilakukan (atau dihindari). Penulis harus meyakinkan
pembaca bahwa konsekuensi menjalankan X memang
perlu, padahal X belum terjadi.
5.
Argumen keserupaan: argumen untuk memperlihatkan
bahwa X serupa (atau tidak serupa dengan Y). Hampir sama dengan argumen
definisi, hanya saja X dan Y berasal dari ranah yang berbeda, keserupaan
didasarkan pada analogi.
B. Ethos, mengacu
pada hal-hal yang berkaitan dengan kredibilitas penulis. Untuk itu perlu:
1.
Berargumen tentang masalah yang benar-benar
dipahami penulis
2.
Berargumen dengan memberi pembahasan yang
berimbang antara sudut-sudut pandang yang berbeda
3.
Mengajukan argumen yang didasarkan pada
asumsi-asumsi yang dimiliki bersama dengan pembaca
C. Pathos, mengacu pada
dampak tulisan pada pembaca dan pada aspek emosional dari sebuah argumen yang
dapat menarik perhatian/simpati dari pembaca. Caranya:
1. Menggunakan bahasa yang konkret
2. Menggunakan
contoh-contoh
3. Menggunakan
metafora-metafora dan pilihan kata yang tepat
4. Menghargai
nilai-nilai atau asumsi-asumsi pembaca
Kesalahan-Kesalahan dalam Berargumen
Kesalahan Penulis pada Logos |
Kesalahan Penulis pada Pathos
|
Tautologi: Supporting
idea merupakan pengulangan dari controlling idea dengan pilihan
kata yang berbeda
|
Menyajikan bukti yang
tidak dapat dikaji langsung oleh pembaca
|
False dilemma: Menyederhanakan
sebuah argumen sehingga seolah-olah hanya ada dua kemungkinan
|
Mengacu pada
premis-premis irasional
|
Post hoc, ergo propter
hoc.
(Sesudahnya, oleh sebab itu karenanya): menganggap urutan kejadian sebagai
hubungan sebab akibat
|
Menganggap hal-hal
yang sudah dikenal sebagai hal yang lebih baik daripada yang belum dikenal
|
Kesimpulan yang
terlalu luas berdasarkan data yang sedikit
|
|
Kesalahan dalam
penggunakan analogi
|
|
Kesalahan
Penulis pada ETHOS
|
|
Mengacu pada otoritas
yang salah
|
|
Ad Hominem: Mengacu
pada pribadi lawan, bukan pada argumennya
|
|
Terlalu
menyederhanakan pendapat-pendapat yang berlawanan dengan pendapat sendiri
|
Perluaslah entimem berikut menjadi sebuah silogisme
1.
Ia seorang warga negara yang baik, sebab setiap
ada aksi-aksi sosial untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut.
2.
Ia pasti seorang ahli dalam bidang matematika,
karena ia mengajar matematika di fakultas tersebut.
3.
Kita harus membantu usaha peri kemanusiaan yang
telah dicetuskan oleh presiden, karena usaha itu merupakan jalan yang paling
baik untuk memajukan putra-putri Papua.
4.
Mereka menerima syarat kerja itu, karena
mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
5.
Ia pasti berhasil dalam usaha internasional,
karena ia menguasai lima bahasa dunia.
6.
Ia harus memasuki perguruan tinggi, karena ia
berbakat.
7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar