Selasa, 04 Juni 2013

MENYUSUN STRUKTUR ARGUMEN BK



MENYUSUN STRUKTUR ARGUMEN

Argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya mau bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis/pembicara.
 
 BY JASNI


Dasar: berpikir logis & kritisà berdasar fakta & bukti yang meyakinkan.
 


Penalaran: bagaimana merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat.
 


Proposisi: Pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.

Contoh:

·        Semua manusia akan mati pada suatu waktu.

·        Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
·        Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena bom atom.
·        Semua gajah telah punah tahun 1980.
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi, hanya kalimat deklaratif saja.

Argumen dapat disampaikan dalam beberapa kalimat, alinea atau sebuah buku.

Cara membedah struktur argumen:
1.       Logika formal
Argumen merupakan sejumlah pernyataan yang berhubungan, paling sedikit 3 pernyataan.

Unsur logika formal
Contoh
Premis mayor:
Pernyataan umum tentang hubungan antara dua hal, A dan B
Semua manusia (A) akan mati(B)
Premis minor:
Pernyataan yang lebih spesifik tentang sebuah hal baru (C ), yang dihubungkan pada hal A
Sokrates C) adalah manusia (A)
Kesimpulan: pernyataan yang mengkaitkan B & C
Sokrates  (C ) akan mati (B)
     


SILOGISME
Suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
Entimem:
silogisme yang hanya muncul dengan dua proposisi salah satunya dihilangkan (premis mayor dari silogismenya hanya tersirat).

Contoh: (dari silogisme di atas) Sokrates akan mati karena dia manusia.

Keterbatasan logika formal: bahwa struktur argumennya bisa jadi benar, tetapi tidak pada isi atau
kebenaran pernyataan-pernyataannya.


Contoh:
Premis mayor : 
Semua orang Betawi (A) beragama  Islam (B)

Premis minor  :
Keluarga MZ (C ) adalah orang Betawi (A)

Konklusi                       :  
Keluarga MZ (C ) beragama Islam (B)










2.        Struktur argumen dari Stephen Toulmin

Struktur
Contoh
Keterangan

1. Claim

Kesimpulan atau pernyataan yang ingin kita ajukan.

Stated reason

Banyak individu mengalami frustasi pada masa Orde Baru

Banyak individu dilarang berekspresi politik pada masa Orde Baru

2.Grounds

Segala data atau informasi yang kita miliki yang dapat dijadikan dasar untuk membuat sebuah pernyataan
Data penelitian atau kasus-kasus pembreidelan, pembubaran aksi unjuk rasa, dll
Ini adalah data milik penulis yang diperoleh melalui penelitiannya. Penulis bisa membayangkan pembaca yang bertanya apa yang ia maksud dengan larangan bereskpresi

3.Warrant

Pernyataan yang menghubungkan claim dengan grounds yang ada
Individu yang dilarang berekspresi akan memperlihatkan gejala frustasi
Warrant berfungsi menghubungkan ground dengan claim yang diajukan penulis. Ini adalah sebuah pernyataan umum


4.Backing
Bukti-bukti yang mendukung  warrant

Hasil-hasil penelitian tentang hubungan antara ekspresi dan kondisi individu
Penulis membayangkan pembaca yang mempertanyakan warrant-nya. Penulis bisa mendukung warrant dari hasil penelitian sendiri maupun dari referensi lain

5.Qualifier

Pernyataan yang menunjukkan besarnya kemungkinan claim kita

Qualifier di sini sudah ada dengan menggunakan kata “banyak”. Artinya penulis ingin membuat pernyataan tentang semua individu
6.Condition for Rebuttal (kondisi penyangkalan):
Pernyataan tentang pengecualian-pengecualian terhadap clalim
Kecuali bagi individu yang mempunyai sarana dan kemampuan untuk mengalihkan ekspresi politik mereka ke dalam  bentuk ekpresi lain
Penulis membayangkan pembaca yang bertanya:”Apakah tidak mungkin ada pengecualian? Bila ada, apa dasar pengecualian itu?”



3.        Segitiga retorika

LOGOS

(Pesan/Argumen)

 







ETHOS
(Penulis)

PATHOS
(Pembaca)




A. Logos, menyangkut masalah konsistensi internal dari argumen atau pesan yang ingin disampaikan penulis.
Macamnya:
1.        Argumen definisi: argumen untuk menunjukkan bahwa X adalah (atau bukan) Y. Dalam argumen ini, penulis menetapkan dulu kriteria atau batasan untuk Y, kemudian memperlihatkan bahwa X memenuhi kriteria tadi

2.        Argumen kausalitas, yaitu argumen yang memperlihatkan bahwa X mengakibatkan (tidak mengakibatkan) Y

3.        Argumen evaluasi, yaitu argumen untuk memperlihatkan bahwa X adalah (bukan) perwujudan yang baik dari Y. Bentuk argumen ini sama dengan bentuk argumen definisi (Penulis menetapkan kriteria Y terlebih dahulu), tetapi X di sini sudah dapat dipastikan memenuhi batasan Y, hanya saja masih dipertanyakan apakah X merupakan Y yang baik

4.        Argumen Proposal: argumen untuk meyakinkan pembaca bahwa X harus dilakukan (atau dihindari). Penulis harus meyakinkan pembaca bahwa konsekuensi menjalankan X memang  perlu, padahal X belum terjadi.

5.        Argumen keserupaan: argumen untuk memperlihatkan bahwa X serupa (atau tidak serupa dengan Y). Hampir sama dengan argumen definisi, hanya saja X dan Y berasal dari ranah yang berbeda, keserupaan didasarkan pada analogi.

B. Ethos, mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan kredibilitas penulis. Untuk itu perlu:
1.        Berargumen tentang masalah yang benar-benar dipahami penulis
2.        Berargumen dengan memberi pembahasan yang berimbang antara sudut-sudut pandang yang berbeda
3.        Mengajukan argumen yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang dimiliki bersama dengan pembaca

C. Pathos, mengacu pada dampak tulisan pada pembaca dan pada aspek emosional dari sebuah argumen yang dapat menarik perhatian/simpati dari pembaca. Caranya:
1.       Menggunakan  bahasa yang konkret
2.       Menggunakan contoh-contoh
3.       Menggunakan metafora-metafora dan pilihan kata yang tepat
4.       Menghargai nilai-nilai atau asumsi-asumsi pembaca




Kesalahan-Kesalahan dalam Berargumen



Kesalahan Penulis pada Logos
Kesalahan Penulis pada Pathos
Tautologi: Supporting idea merupakan pengulangan dari controlling idea dengan pilihan kata yang berbeda
Menyajikan bukti yang tidak dapat dikaji langsung oleh pembaca
False dilemma: Menyederhanakan sebuah argumen sehingga seolah-olah hanya ada dua kemungkinan
Mengacu pada premis-premis irasional
Post hoc, ergo propter hoc. (Sesudahnya, oleh sebab itu karenanya): menganggap urutan kejadian sebagai hubungan sebab akibat
Menganggap hal-hal yang sudah dikenal sebagai hal yang lebih baik daripada yang belum dikenal
Kesimpulan yang terlalu luas berdasarkan data yang sedikit

Kesalahan dalam penggunakan analogi
Kesalahan Penulis pada ETHOS
Mengacu pada otoritas yang salah
Ad Hominem: Mengacu pada pribadi lawan, bukan pada argumennya
Terlalu menyederhanakan pendapat-pendapat yang berlawanan dengan pendapat sendiri


Perluaslah entimem berikut menjadi sebuah silogisme


1.              Ia seorang warga negara yang baik, sebab setiap ada aksi-aksi sosial untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut.

2.              Ia pasti seorang ahli dalam bidang matematika, karena ia mengajar matematika di fakultas tersebut.

3.              Kita harus membantu usaha peri kemanusiaan yang telah dicetuskan oleh presiden, karena usaha itu merupakan jalan yang paling baik untuk memajukan putra-putri Papua.

4.              Mereka menerima syarat kerja itu, karena mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.

5.              Ia pasti berhasil dalam usaha internasional, karena ia menguasai lima bahasa dunia.

6.              Ia harus memasuki perguruan tinggi, karena ia berbakat.
7.               





































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar